Serikat.id – Wawan Hatama kritisi pelayan kesehatan yang tidak sesuai dengan visi Sehat, maju,Sejahtera. Menurut apa yang terjadi pada pasien rujukan dari popayato barat jauh dari harapan.
“Setiap masyarakat Popayato yang mau dirujuk ke Rumah Sakit itu dimintakan pungutan Rp 300 ribu, katanya nanti akan diganti. Tapi sampai sekarang tidak pernah diganti, apa seperti ini potret pelayanan kesehatan Pohuwato yang katanya gratis itu ?” Tanya Wawan, anggota DPRD dapil Popayato CS itu, Pada rapat dengar pendapat bersama dinas kesehatan,Senin, 4 Maret 2024 di Aula DPRD Pohuwato.
Tak sampai disitu, Wawan pun mempertanyakan program satu dokter satu kecamatan yang tak kunjung terealisasi, bahkan pemerintah dianggap mengabaikan para siswa sekolah dasar harus putus sekolah karena orang tua tak memiliki biaya dan tak ada perhatian dari pemerintah daerah.
“Program Satu dokter selalu jadi prioritas. Katanya satu dokter satu Kecamatan. Nyatanya hari ini sudah ada 18 dokter yang lahir dari program itu. Mirisnya mereka yang dapat beasiswa ini banyak orang yang mampu. Di Kampung saya di Popayato ada yang berhenti sekolah karena tidak punya seragam, tidak pernah tersentuh beasiswa. Ini Pemerintah tahu tidak,” ungkap Wawan penuh emosi.
Bahkan Wawan sampai meneteskan air mata menceritakan kisah pilu yang dialami warganya itu. Wawan merasa malu, sebagai anggota DPRD dari partai Gerindra, dirinya tidak bisa memperjuangkan nasib siswa di desa tersebut.
“Jika kalian tidak percaya, ayo sama- sama kita temui siswa dan orang tuanya yang tidak mampu itu,” tegas Wawa Hatama
Anggota DPRD Pohuwato dua periode itu juga mewanti pemerintah daerah untuk tidak berjanji kepada masyarakat, bila janji itu tidak bisa direalisasikan.
“Sekarang sudah dekat Pilkada. Nanti akan berjanji lagi ke masyarakat, padahal pada faktanya janji – janji itu tidak bisa direalisasikan. Kami wakil rakyat juga jadi malu, karena masyarakat berpikir kami tidak bisa kerja. Padahal semua sudah kami suarakan,” ungkapnya dengan nada kecewa
*Admin*