Partai golkar saat ini telah dianggap sebagai partai berseberangan dengan partai penguasa saat ini yakni partai gerindra dengan magnet kuat sang donatur atau King Maker Adnan Mbuinga.Jarak kedua partai besar di pohuwato ini berawal dari “Unjuk Gigi” di pemilu 14 februari kemarin.
Nasir dengan segudang pengalaman organisasi dan dukungan kader yang solid hingga dukungan simpatisan akar rumput masih menempatkan partai golkar sebagai pemegang palu sidang di parlemen periode 2024 -2029.
Raihan suara individu lebih dari 3500,jadi catatan tersendiri bagi Nasir Giasi sebagai ketua partai peraih suara terbanyak di kabupaten pohuwato.
Pasca pileg,hubungan keduanya makin berjarak,hal ini diakibatkan oleh peryataan partai golkar yang menarik diri dari koalisi SMS,padahal Nasir Giasi sebagai ketua DPD II Golkar di nobatkan sebagai ketua tim pemenangan saat itu.
Belum lama ini,partai Golkar tak di undang oleh Saipul Mbuinga pada buka bersama bertajuk “ Buka bersama Saipul A. Mbuinga dan Lintas Tokoh pohuwato “ dengan sponsor utamanya adalah Adnan Mbuinga atau Haji Pulu.
Menuju pilkada 2024
Untuk mendapatkan rekomendasi golkar pada pilkada akan datang,Salah satu cara yang bisa saja akan di tempuh partai penguasa adalah dengan merebut ketua DPD II Golkar.
Cara ini tentunya tak mudah bagi partai penguasa,sebab masing-masing partai memiliki aturan main tersendiri. Maka,kader beringin yang dekat dengan penguasa akan jadi tantangan Nasir dalam menjalankan roda organisasi kepartaian.
Dua kader golkar yang bisa saja mendapatkan “tugas terselubung” antara lain Suharsi Igirisa yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati pohuwato dan pengurus DPD I Partai Golkar. Yang kedua Ikram Bahri Akbar Baderan,menantu Syarif Mbuinga ini bisa jadi alternatif penguasa dalam merebut partai Golkar dari Nasir Giasi.
Akbar sendiri saat ini sebagai anggota DPRD Kabupaten Pohuwato selama dua periode. Di DPD II Golkar Akbar Baderan mejabat bendahara partai. Sebagai kader muda partai golkar,duduk sebagai Bendahara Golkar adalah prestasi tersendiri. Keberadaannya pada posisi Bendahara tak lepas dari peran Syarif Mbuinga kala itu.
Cara lainnya yang akan di tempuh penguasa merebut golkar adalah dengan memasangkan Saipul Mbuinga dengan kader Golkar.Kader yang memungkinkan antara lain, Saipul – Suharsi (SMS 2 Periode) atau Saipul – Akbar
Cara Halus Mengenggam Golkar
Membiarkan Golkar dalam kesendirian pada pilkada akan datang,bakal menjadi alternatif penguasa mengenggam partai golkar. Dengan cara ini tentunya Golkar yang memenuhi ambang batas pencalonan tampaknya tak akan jadi penonton.Nasir sebagai ketua DPD II Golkar yang mendapatkan penugasan partai sebagai bakal calon bupati pohuwato kemungkinan besar akan melepas palu dari genggamannya dan memberikan tongkat estafetnya kepada kader golkar lainnya.Tongkat Estafetnya ini kemungkinan bakal di terima oleh Ikram Bahri Akbar Baderan dan Gusti Goma.
Jika golkar memilih Akbar Baderan,maka dia akan mengikuti jejak mertuanya sebagai ketua DPRD Kabupaten pohuwato selama 2 periode. Begitupun dengan Gusti Goma,sebagai Kader loyalis Pasisa yang berada di struktur partai Golkar,dia juga berpeluang mengikuti jejak Syarif Mbuinga.
Gerak Aman Nasir Di Pilkada
Untuk mengamankan genggaman palu dan ketua DPD II Golkar Kabupaten pohuwato,Nasir harus legowo dan menahan diri untuk lima tahun kedepan. Dengan demikian pilihan golkar tetap tampil di pilkada,salah satu alternatifnya adalah mendorong kader golkar dari wilayah barat pohuwato untuk berpasangan dengan Saipul Mbuinga.
Kader Golkar yang bisa mengimbangi popularitas dan elektabilitas Suharsi Igirasa dari wilayah barat Yakni Jenni Ema Tulung.
Aleg tiga periode ini memiliki modal cukup untuk keterpilihan dan mewakili masyarakat dari wilayah barat itu. Sebagai politisi berlatar belakang pengusaha,modal finansial tak diragukan lagi.
Jenni sebagai kader loyal partai di bawah kepemimpinan Nasir Giasi,akan memberi dampak besar bagi partai golkar pada pileg 2029 nanti.
Akan seperti apa sikap golkar pada pilkada akan datang?
Kita tunggu saja.