Serikat.id – Dalam memeriahkan ulang tahun, Burung Indonesia Feredal Ministry for Economic Cooperation and Development, Nabu, BirdLife International Tokyo, Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato dan Japesda (Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam), serta Maleo Institute Merayakan Keragaman Burung Indonesia.
“Kita menyebutnya merayakan keragaman burung Indonesia selama 3 hari kedepan, mulai dari besok hari Senin tanggal 9 sampai Rabu, 11 Desember 2024,” ujar Patmasanti, saat diwawancarai, Minggu (8/12/2024) malam di Kantor Burung Indonesia (B’Maleo).
Dalam perayaan ini juga diadakan beberapa agenda penting yakni, Pameran foto dan produk UMKM, Dialog komunitas terkait isu lingkungan, pertunjukan seni tema lingkungan.
“Mempersiapkan produk-produk dan karya-karya yang akan mereka display begitu di area pameran dan tujuannya kegiatan ini sebenarnya dalam rangka merayakan hari jadi burung Indonesia. Kemudian diundang stakeholder terkait isu-isu ya, di hari sampai malam itu kegiatan outdoor tadi ada pameran seni kemudian dialog komunitas. Dialog komunitas ini juga setiap hari dengan tema tema dan isi yang berbeda diantaranya terkait isu pangan lokal kemudian isu pemanfaatan limbah baik limbah pesisir maupun limbah di daratan gitu targetnya sebenar pertama di momen merayakan keragaman burung” jelasnya.
“Kegiatannya mencakup seri lokakarya, pada hari pertama adalah seni lokakarya, ini setiap hari yang diperbincangkan terkait perbaikan tata kelola ekosistem mangrove melalui kesepakatan berbasis masyarakat,” lanjut Patmasanti.
Selanjutnya dijelaskan Patmasanti, pada hari kedua akan dilanjutkan dengan lokakarya terkait upaya perlindungan ekosistem mangrove berbasis masyarakat dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Kemudian hari ketiga itu ditutup dengan lokakarya terkait pertanian yang berkelanjutan.
“Kalau di 2 hari itu ngomongin soal ekosistem mangrove, di hari ketiga kita akan ngomongin sistem daratan burung juga bekerja di 11 desa pendampingan petani kakao di 2 kecamatan yaitu taluditi 11 desa, 4 desa di wanggarasi,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Maleo Institute, Riswan Husain mengharapkan, selain lokakarya ini terdapat lebih banyak orang yang terlibat dalam aksi konservasi apapun latar belakangnya keahliannya disiplin ilmunya. Pihaknya percaya bahwa semua unsur bisa ikut berkontribusi dengan caranya masing-masing.
“kemudian juga inisiatif yang dilakukan di tingkat masyarakat baik terkait pengelolaan ferlin maupun pemanfaatan yang berkelanjutan itu mendapatkan apresiasi atau perhatian begitu oleh para pihak,” harapnya.
Lebih jauh, Riswan meyakini bahwa, dalam acara ini dapat menjalin silaturahmi.
“Antar komunitas, media, apalagi teman-teman kajian begitu kita bisa saling berbagi saling belajar hal-hal sederhana tapi konkrit yang bisa berkontribusi terhadap penyelamatan dan perlindungan keanekaragaman hayati yang ada di Pohuwato,” tutup Riswan.